Tangisan Seorang Buruh Sawit


Nak, maafkan mama yang telah memaksamu ikut bekerja

mengumpulkan brondolan di perkebunan kelapa sawit ini.
Nak, usiamu masih muda, baru enam tahun
tapi kau terpaksa memikul beban seberat ini
atas keterpaksaan hidup yang tak kita inginkan.
Nak, papamu telah pergi ke tempat yang tak kita tahu
berhentilah menangis dan hapus air matamu

sudah begitu banyak air mata mengalir dihisap sawit ini.
Nak, mari kita berteduh sambil menikmati nasi sayur
tak usah dulu ingat utang kita pada majikan
untuk membeli beras yang semakin mahal harganya.
Nak, mari kita bekerja keras lagi
mengumpulkan brondolan-brondolan itu
sebelum kita pulang ke gubuk kontrakan.
Nak, besok kita akan tetap ke kebun sawit
karena tahun ini kau tak bisa sekolah
mungkin selamanya kau tak bisa sekolah
sebab daun sawit tak bisa disulap jadi uang.
Nak, kau akan tetap menjadi buruh lepas
mengikuti jejak mamamu yang kurus ini
membayar utang-utang kita yang makin menumpuk.

Ditulis oleh : Jhon Rivel, di http://fiksi.kompasiana.com/puisi

1 komentar:

  1. Sangat bagus sajak di atas.
    Aqu asli malaysia..prihatin.
    Sesiapa berminat nak kerja potong sawet di malaysia.kntek aqu.
    +60165243326..whassup

    BalasHapus